Senin, 25 Januari 2010
Kalung Alifia Bilqis
Beberapa hari ini bee mengalami masa dimana bee musti lebih tegar dan kuat lagi. Rindu ½ mati mengingatkan bee dengan beberapa hal yang membuat bee lebih bersemangat meniti hidup, ya dan entah mengapa tiap malam bee ditemani dengan mimpi yang sama, ya sama seperti kejadian beberapa bulan lalu, yang sampai sekarang masih menguatkan hati bee, walaupun bee sudah pamit, demi menjaga dan membersihkan niat ini. Dan bee merasa yakin, semakin didekatkan… langkah yang terkadang terseok dan akan tumbang ditegakkan kembali oleh-Nya.
Mimpi semalam sungguh membuat bee semakin tegar menapaki jlan nie, bermain piano dengannya, setelah sholat berjamaah melepas penat dan lelah setelah seharian berkecamuk dengan kefanaan dunia hanya mengharap keridhoan-Nya… sungguh suatu hal yang luar biasa, setelah sekian lama, dan semoga dimudahkan….
Sebuah prolog, ada kisah indah setelah ini, kisah yang membuat hati kita akan terbuka dan percaya akan kuasa-Nya, saat kerinduan bersua dengan-Nya membuncah….
Kalung Alifia Bilqis
Ini cerita tentang Bilqis, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Bilqis menemani Umi-nya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Bilqis melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Bilqis sangat ingin memilikinya.
Tapi... Dia tahu, pasti Umi-nya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji : Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Uminya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.
Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Umi,bolehkah Bilqis memiliki kalung ini ? Umi boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Umi segera mengambil kotak kalung dari tangan Bilqis.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Bilqis yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ... Bilqis, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Umi akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?" Bilqis mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Umi"
Bilqis sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Uminya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata uminya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam sebelum tidur, Abi Bilqis akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Abi bertanya "Bilqis..., Bilqis sayang ngga sama Abi ?"
"Tentu dong... Abi pasti tahu kalau Bilqis sayang Abi !"
"Kalau begitu, berikan kepada Abi kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Abi ! Abi boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Abi mencium pipi Bilqis sebelum keluar dari kamar Bilqis.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Abi bertanya lagi, "Bilqis..., Bilqis sayang nggak sih, sama Abi ?"
"Abi, Abi tahu bukan kalau Bilqis sayang sekali pada Abi ?".
"Kalau begitu, berikan pada Abi kalung mutiaramu."
"Jangan Abi... Tapi kalau Abi mau, Abi boleh ambil boneka Barbie ini.. "
Kata Bilqis seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.
Beberapa malam kemudian, ketika Abi masuk kekamarnya, Bilqis sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Bilqis rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan.
Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Bilqis, kenapa Bilqis ?"
Tanpa berucap sepatah pun, Bilqis membuka tangan-nya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya " Kalau Abi mau... ambillah kalung Bilqis"
Abi tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Bilqis.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Bilqis...
"Bilqis... ini untuk Bilqis. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"
Ya..., ternyata Abi memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Bilqis.
Demikian pula halnya dengan Allah S.W.T. terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Bilqis :
Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan...
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Mencintai Untuk Dicintai
By:Muhammad Agus Syafiee
Catatan nie Bilqis dapat dari sahabat- Ukhty Mia- semoga manfaat. Dan semoga bernilai pahala di sisi Alloh amin.
Malam temaram menghadirkan kebahagiaan pada dirinya. Perempuan cantik itu nampak gembira, kue ulang tahun dan makan malam telah dipersiapkan sejak tadi. Dia bernyanyi dengan penuh kegembiraan, teringat dulu sewaktu awal perkenalannya, pemuda itu yang kini telah menjadi suaminya memberikan sekuntum bunga pada hari ulang tahunnya yang diberikan di tengah hujan lebat. Dirinya tertawa kecil seolah masa indah itu hadir. Boneka Winnie De Pooh dipeluknya erat. Kerinduan menghinggapi dirinya begitu sangat mendalam. Tak lama kemudian HP-nya berbunyi, SMS dari suami tercinta dibacanya, 'Sayang, maaf aku malam ini tidak bisa menemanimu, ada meeting mendadak nih, pulangnya agak malam.. Happy B' day ya..' Wajahnya berubah memerah, air matanya mengalir begitu deras. Hatinya terasa perih bagai disayat-sayat. Sakit itu menusuk sukmanya yang paling dalam. Tubuhnya limbung dan ambruk dikursi sofa. 'Kenapa aku tidak lagi dicintainya?' ucapnya lirih, tangannya berkali-kali mengusap air matanya yang dipipi. Matanya menerawang kosong. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Keputusasaan menoreh dihati...
Begitulah manusia modern sesungguhnya orang-orang yang menderita, kata Eric Fromm dalam bukunya 'The Art of Loving.' Penderitaan itu akibat kehausan kita untuk dicintai oleh orang lain. Kita sering kali berusaha keras melakukan apapun agar dapat dicintai. Tidak asing kita dengar ada remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas agar dirinya dicintai dan diterima oleh teman sebayanya. Para istri berjuang ikut fitness menguruskan badannya agar dicintai suaminya... Para selebritis tak segan operasi plastik agar tampil cantik di depan penggemarnya. Itulah sebagai upaya agar selalu dicintai orang lain. Semakin keras seseorang berupaya untuk dicintai maka semakin sering pula kita gagal dan kecewa sebab hal itu sangatlah mustahil membuat diri kita dicintai semua orang. Di muka bumi ini memang selalu ada orang yang mencintai diri kita dan ada orang yang membenci kita begitulah hukum kehidupan yang berlaku. Oleh sebab itu manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai...
Sekarang ini hampir banyak sekali buku yang mengajarkan kita, metode, kiat agar kita dicintai oleh pasangan hidup, teman sekantor, atasan namun sesungguhnya kecintaan makhluk bersifat sementara. Ketika seorang istri berusaha keras mendapatkan cinta suaminya, akhirnya sang istri mendapatkan cinta suami datang dan pergi sesukanya. Sang suami tak mencintai istrinya sepanjang masa. Ada waktu cinta suaminya berkurang atau hilang sama sekali. Demikian sebaliknya suami juga tidak akan mendapatkan cinta istrinya kekal abadi, seperti dalam lantunan lagunya Anang yang berjudul 'Separoh Nyawaku Pergi.' Itulah cermin bahwa kecintaan manusia takkan ada yang pernah abadi...
Pernah ada ustadz muda yang mengatakan kepada saya, menjadi ustadz itu tak ubahnya seperti sopir angkot. Kita harus tunduk dengan kemauan penumpangnya. Jika penumpang ingin turun meski di tempat terlarang, sopirnya harus menghentikan angkotnya, jika sopirnya tidak mau, angkot tidak bakalan pernah dapat penumpang. Menurut Eric Fromm, bila ustadz seperti sopir angkot maka termasuk manusia modern yang tertipu. Mereka berusaha keras agar dicintai oleh orang lain. Bisa saja mendapatkan cintanya tetapi begitu sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh umat maka yang ada hanyalah dirundung kekecewaan dan sakit hati....
Tidak ada salahnya kita simak kata Eric Fromm bahwa, ' Mungkin sudah saatnya kita memberitahukan mereka untuk belajar mencintai.' Eric Fromm menyarankan untuk menyembuhkan penyakit ini adalah dengan mencintai. Kebahagiaan hidup kita sangatlah ditentukan pada apa yang kita cintai. Mencintai tidaklah bergantung apakah dirinya dicintai atau dibenci, apapun yang dilakukan tidak lagi didasarkan kepada keinginan untuk dicintai namun dia melakukan apapun karena mencintai yang hakiki. Mencintai yang hakiki adalah mencintai Alloh SWT dan RasulNya. Untuk kita bisa mencintai Alloh SWT dan RasulNya, kita haruslah belajar mencintai kedua orang tua kita, mencintai pasangan hidup kita,mencintai anak-anak kita itulah tahapan paling dasar sampai kemudian kita mencintai kepada sekeliling kita,lingkungan kita, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan.Di dalam hati terucap dengan lirih tanpa terasa, 'Aku selalu mencintaimu Ya Alloh, Ya Rasulullah. Jadikan kami hamba-Mu yang mencintai setiap makhluk-MU karena-MU.Amin..amin..amin
Note: dan aku pun semakin menyadari bahwa mencintai adalah suatu pekerjaan yang menyenangkan, walaupun orang yang kita cintai bersikap dingin kepada kita tapi ada kepuasan batin tersendiri saat kita menghabiskan sisa umur ini dengan mencintainya. Apapun dan bagaimanapun keadaan orang yang kita cintai baik masalalu atau masa sekarang, penerimaan yang apa adanya, keikhlasan dalam berbagi, meniti sisa hidup dengan mengisi kerinduan yang sempat kosong dengan cinta yang hakiki aku rasa cukup. Menebarkan cinta dan persaudaraan dimana kita memijakkan kaki nie, menebarkan senyuman untuk menguatkan hati orang yang kita sayang gak ada salahnya. Membayar kesalahan dengan menawarkan persahabatan, juga gak salah.. tapi terkadang orang mengartikan lain, biarlah Alloh yang membukakan hatinya. Dan hati ini semakin terbuka saat Alloh memberikan aku sebuah hadiah yang indah, ya aku mengatakan nya hadiah, (dengan sakitku ini) agar aku bisa lebih sabar, lebih ikhlas menerima keputusan-Nya dan lebih lapang. Alhamdulillah Alloh masih sayang aku, dan aku semakin menghargai nikmat sehat yang diberikan Alloh, nikmatnya berkumpul dengan keluarga (walaupun terkadang “berantem” dengan adik-adikku), nikmatnya bekerja dan nikmatnya menghabiskan sisa waktu dengan terus belajar dan insya Alloh mengamalkannya… dan aku sekarang lebih mencintai amanahku, apapun itu, karena salah satu bentuk cintaku pada-Mu… karena aku yakin Engkau sangat mencintaiku… trimakasih Ya Rabb…
Lelaki di Tahun Keduapuluhlimanya
Lelaki di Tahun Keduapuluhlimanya
By Zamzam M. Ma'mun
"Ya..., Umar memang tidak melihat kita, bu. Tapi Rabb-nya Umar senantiasa menatap kita." Masih terdengar di telinga Umar bin Khatab jawaban lembut tapi tajam dari seorang gadis kepada ibunya yang menyuruh agar ia mencampurkan air ke dalam susu yang akan dijualnya. Umar terpesona dengan keluhuran akhlak gadis, anak penjual susu yang dicuri dengarnya semalam, dan hari itu Umar berniat mengumpulkan putera-puteranya. Di hadapan putera-puteranya Umar mengutarakan keinginan agar gadis itu menjadi isteri dari salah satu puteranya. Pernikahan barakah akhirnya berlangsung antara salah seorang putera Umar dengan gadis tersebut. Dan muara dari kisah kasih ini adalah lahirnya Khalifah Rasyidah yang kelima, Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Khatab sebagai sosok bapak, dalam sepenggal kisah bijaknya di atas, mungkin sangat dirindukan oleh banyak anak-anak lelaki yang sudah ingin menikah. "Kapan ya, ayah memanggilku untuk menawarkan seorang gadis cerdik yang shalihah untuk menjadi isteriku" bayang mereka setelah membaca kisah Umar di atas. "Ah, andai ayahku adalah Umar..."
Pernikahan memang selalu dikesankan indah. Atau memang benar-benar indah. Terutama bagi mereka yang ingin segera mengalaminya. Seorang kawan bilang, dunia setelah pernikahan bagi para bujangan adalah alam ghaib yang penuh misteri. Keindahan dan kenikmatannya-juga pahit getirnya-hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah memasuki alam ghaib itu. Dan keindahan itu jadi lebih awal dirasakan jika tanpa disangka-sangka orang tua menawarkan "seseorang" yang sangat sesuai dengan kriteria yang diidamkan-dan tentunya kita dalam kondisi siap. Orang tua yang sangat memahami anaknya, seperti Umar bin Khatab.
Mungkin terlalu melankolis jika seorang lelaki mengharapkan penawaran dari orang tuanya. Tapi, mau gimana lagi, realita yang ada memaksa sikap melankolis itu bertunas. Kesiapan membangun rumah tangga selalu diidentikan dengan kesiapan materi, dan itu seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan lelaki seusia Rasulullah Saw.-ketika Beliau menikah-yang baru saja selesai kuliah. Memang kesiapan materi sangat penting untuk membangun mahligai rumah tangga, terutama kalau kita ingin mencontoh Rasulullah Saw. Selain usianya 25 tahun ketika beliau menikah, kita juga harus tau bahwa mahar Rasulullah untuk masing-masing isterinya tak kurang dari 400 dinar (atau kira-kira senilai 180 juta rupiah, untuk uang sekarang). Tapi itu juga bukan segalanya, bukankah Rasulullah juga menikahkan Sayidina Ali dengan puterinya, Fatimah Az-Zahra, hanya dengan mahar baju besi yang tidak seberapa?
Memasuki usia duapuluh lima tahun, seorang lelaki sering kali dihadapkan pada sebuah pertanyaan wajib, "kapan sih kamu nikah?" setiap orang selalu menanyakan hal tersebut. Atau kalau tidak, ia sendiri yang bertanya kepada diri sendiri. "Ya, kapan ya, aku nikah?"
Dalam lamunan, ketika seorang lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun bervisualisasi tentang masa depannya, sering kali menciptakan gambaran ideal tentang pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Bagaimana ia ingin menjadi suami dari isteri yang cerdik, cantik dan shalehah; bagaimana ia akan membahagiakan isterinya tersebut dengan memenuhi segala kebutuhannya; bagaimana ia juga akan senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan memberi berbagai hadiah dan perhatian, tidak lupa untuk menjadi menantu yang terbaik bagi ibu-bapak mertua, juga menjadi ipar yang baik; bagaimana ia ingin bisa membangunkan rumah yang luas untuk keluarga kecilnya; bagaimana ia memberi nama putera-puterinya dengan nama-nama yang indah dan baik, mendidik mereka dengan didikan yang baik dan benar. Semuanya dilamunkan dengan sangat ideal dan indah.
Tapi, ketika visualisasinya selesai dan kembali mendarat di bumi ia mendapati realita yang tidak seindah lamunan. Ia pun sadar bahwa semua yang dilamunkannya bukan sesuatu mudah untuk diwujudkan. Tidak mudah mendapatkan isteri yang cantik luar dalam, sama susahnya dengan mendidik diri sendiri agar tampan luar dalam, atau bahkan lebih susah. Bukan perkara gampang mewujudkan kemapanan ekonomi bagi pebisnis pemula. Tidak murah membangun rumah luas dan nyaman untuk keluarga kecilnya. Lalu, tidak gampang juga membagi cinta untuk semua, anak-isteri, ayah-ibu, mertua, dan saudara-saudara. Seringkali segala keterbatasan yang dimiliki mendatangkan kesalah-pahaman bagi orang-orang yang dicintai. Mendidik anak-anak juga tidak semudah memilihkan nama yang indah dan baik untuk mereka. Semuanya perlu persiapan yang benar-benar matang. Dan visualisasi adalah satu tahap persiapan itu. Karena kalau dalam lamunan saja belum pernah ada, apalagi dalam kenyataan.
Dari sini kita temukan inti persoalannya: kesiapan. "Kematangan" banyak lelaki usia duapuluh lima tahun tidak beriringan dengan kesiapan mereka untuk survive di jenjang kehidupan yang lebih tinggi. Ketidaksiapan secara finansial sering kali menjadi alasan utama untuk menunda pernikahan, padahal jawaban seorang kawan sangat bagus untuk menangkis alasan ini. Orang yang sudah bekerja sebelum menikah mungkin di-PHK , orang yang sudah berwiraswasta sejak masa lajang juga bisa bangkrut, kenapa mereka berani menikah? Sebaliknya, orang yang belum dapat kerja, setelah menikah mungkin dapat pekerjaan, orang yang masih belajar berwiraswasta, setelah menikah mungkin menjadi wiraswastawan yang berhasil, kenapa mereka takut menikah? Persoalannya adalah kepada siapa kita bertawakal? Apakah kita bertawakal kepada instansi tempat bekerja atau kepada Allah? Kalau kita tawakal kepada Allah yang Maha Memberi rizki, kenapa kita terlalu bersandar pada pekerjaan atau kesuksesan bisnis?
Sungguh, yang terpenting dari kesiapan itu bukan ketersediaan, melainkan mentalitas. Kesiapan mental untuk menghadapi apapun kondisi dan situasi kehidupan. Inilah inti ajaran tawakal. Ketersediaan akan ada habisnya, sedangkan mentalitas yang kuat bisa meyelamatkan kita dari segala bentuk ujian dan cobaan hidup. Sayangnya, mentalitas ini pula jarang ditemukan pada kebanyakan lelaki menjelang usia mereka yang keduapuluh lima tahun. Menambah lengkap ketidak-siapan mereka.
Mungkin inilah yang harus dipahami oleh semua lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun tetapi masih ragu untuk memasuki "alam ghaib" pernikahan. Selain harus tahu juga bahwa usia duapuluh lima tahun yang sesuai contoh Rasulullah adalah duapuluh lima tahun dalam hitungan Tahun Hijriyah, atau sekitar duapuluh tiga tahun setengah dalam hitungan Tahun Masehi. Jadi, kalau sekarang sudah menjelang usia duapuluh lima tahun dalam hitungan Masehi, artinya sudah lewat setahun lebih dari usia Rasulullah ketika Beliau menikah. Nah lho!
Wallahu A'lam.
***
Note: catatan ini semoga menginspirasikan sahabat-sahabat yang dirahmati Alloh,terutama untuk diri saya sendiri, catatan ini saya ambil dari folder lama.
Terkadang bibir ini kelu, saat kita menginjak usia 25 tahun, menjawab pertanyaan banyak orang, dan entah mengapa terlalu banyak tuntutan di masyarakat. Jika kita kembalikan kepada pemilik kita- Alloh SWT- dan berikhtiar sesuai dengan ajaran yang dibenarkan, maka apa yang diragukan?
Seperti yang disampaikan Papa-ku “ rejeki Alloh yang mengatur dan Alloh tidak akan pernah salah dalam memberi rejeki kepada hamba-Nya. Yang terpenting ikhtiar yang benar, dan sedekah karena di dalam rejeki yang kita terima ada rejeki bagian orang lain juga. Trus yen urip kudu sumeleh yo nduk… urip neng dunia mung sepisan manfaatkan dengan baik.”
Ya itulah papaku yang sampai sekarang masih menjadi lelaki sederhana dan mengajarkan ke putrie-putrinya makna kesederhanaan, saling membantu dan ikhtiar yang benar. Papaku kerja sebagai guru paduan suara, ngiringi orgen tunggal dalam acara mantenan atau acara lain, selain itu papa kerja di swasta juga. Perjuangan beliau sungguh luar biasa, dan beliau menikah di usia 23 tahun. Saat dimana beliau masih belum punya penghasilan tetap bahkan sampai sekarang penghasilan beliau tidak tetap tergantung dari jumlah job yang diterima, sungguh Alloh Maha Besar, papa bisa menyekolahkan aku sampai di jenjang perguruan tinggi, ya aku alumni Fakultas Peternakan UGM, dan Alhamdulillah setahun sebelum aku menyandang gelar sarjana aku sudah terikat kontrak dengan perusahaan tempat aku bekerja sekarang. Genap setahun aku bekerja di perusahaan ini.
Kembali ke topic, saat hati sudah yakin dan tidak ada keraguan maka niatkan segala-Nya untuk mencari keridhoan-Nya…
Bismillah langkahkan kaki untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi umat…
Sabtu, 23 Januari 2010
HAKIKAT “AKU MENCINTAIMU…”
HAKIKAT “AKU MENCINTAIMU…”
Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya,lekat2,nanar. Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Tapi dia sudah memutuskan untuk mencintainya..
Sebentar kemudian diapun berkata,"Kamu kaget melihat smua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu temui disini."Itulah kalimat pertama Utsman ibn Affan ketika menyambut istri terakhirya dari Syam-Naila.. Selanjutnya adalah bukti,sebab cinta adalah kata lain dari memberi,sebab memberi adalah pekerjaan,sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan,menumbuhkan,merawat dan melindungi itu berat,sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu lama,sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh..
Maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakn,"AKU MENCINTAIMU" Kepada siapapun! Sebab itu adalah keputusan besar, ada taruhan kepribadian disitu.
Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tp terutama tentang kesiapan, kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban,kesiapan dan kemampuan pekerjaan2 cinta..
...
Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap. Tdk ad cinta tanpa kepercyaan..
Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun berikutnya... Jalan hidup kita biasanya tidak linear, tidak juga sterusnya pendakian atau penurunan.
Karen itu, konteks dimana pekerjaan2 cinta dilakukn tidak selalu kondusif secara emosional. Tp disitulah tantangannya... Membuktikan ketulusan ditengah situasi2 yang sulit. Disitu konsistensi teruji, disitu juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta ditengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktiknnya dalam waktu yang longgar.
Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagianya, puas spuas-puasnya, sampai tidak ad tempat bagi yang lain. Bahkan setelah sang pencinta mati.
Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi sluruh jiwanya dengan cinta. Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh.(Anis Matta)
...
Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari aku ingin memberimu sesuatu. Yang terakir ni juga adalah ungkapan lain dr..
"aku akan memperhatikan diirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk menjadi lebih baik dan bahagia.."
"aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi drimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin..."
"aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan aku lakukan padamu.."
"aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu.."
Wallau’alam….
smg brmanfaat..
Bee trimakasih ats yg trbaik..
Smg rahmat Alloh beserta qt..amin
Proposal Nikah
KADO BUAT YANG MAU DAN SIAP MENIKAH..BARAKALLAHU…. |
|
Latar Belakang Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu". Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32). Ibunda dan Ayahanda tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga¡¨, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam. Ibunda dan Ayahanda tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah. Dasar Pemikiran Dari Al Qur’an dan Al Hadits :
Tujuan Pernikahan
Kesiapan Pribadi
Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan
Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :
Memperbaiki Niat : Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan. Niat Ketika Memilih Pendamping Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani). "Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah). Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits). Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ¡§Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Niat dalam Proses Pernikahan Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4). Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan). Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah.. Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim) Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah. Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33), Meraih Pernikahan Ruhani Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah. Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA (Al Izzah 18 / Th. 2) Penutup "Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87). Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ). Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira". "Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan.. YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin" ====================================
Maraji / Referensi :
|